Novelyang difilmkan dan memenangkan penghargaan Golden Bear di Berlin Film Festival tahun 1988 itu berkisah tentang kekerasan yang terjadi di pedesaan bagian timur China dimana dia tumbuh sepanjang tahun 1920-an dan 1930-an. Cerita kedua di sini berjudul ‘’Penyemai Sunyi’’ menceritakan seorang laki-laki yang menemui rumahnya di Hilirmudik, mondar-mandir, semua bergerak berusaha mengejar roda putaran waktu yang bergulir dengan sangat cepat, pepatah bahwa waktu adalah uang, waktu adalah seperti pisau yang memiliki 2 mata yang tajam dan tumpul, waktu adalah senjata yang harus pintar-pintar di gunakan dsb-dsb, rupanya benar-benar mereka hayati dengan sangat baik, memang siapapun yang tidak Sutari(31) masih terlihat lemah, Minggu (19/1/2013) siang. Perban kecil menempel di kening cash. Di dunia cerita ada beberapa hikayat yang terkenal, di antaranya Seribu Satu Malam Insya Allah ke depannya akan disajikan Hikayan Kalilah dan Dimnah yang sudah pernah disajikan silahkan klik disini dan Hikayat Burung Bayan yang akan saya sajikan saat ini. Kisah Burung Bayan ada persamaan sedikit dengan 1001 Malam, yaitu ceritanya bersambung sampai akhir. yang berbeda dalam 1001 Malam dalam sebuah cerita bisa mengandung beberapa cerita yang menyertai. sedangkan Hikayat Burung Bayan tidak. Aslinya cerita ini berbahasa Persia. Silahkan dibaca ceritanya! Konon ada seorang saudagar kaya di negeri Ajam. Khojah Mubarak namanya. Ia terkenal dengan kekayaannya yang sangat melimpah. Sayangnya dia belum mempunyai anak. Suatu hari, Kojah Mubarak berdoa. "Ya Allah seandainya Engkau memberikan seorang anak kepadaku, aku akan bersedekah kepada setiap fakir miskin dan orang -orang sholeh" Selang beberapa lama, atas karunia Allah Swt isteri Khojah Mubarok mengandung dan melahirkan seorang anak yang rupawan. Betapa gembiranya Khojah Mubarok karena memiliki anak. Dia bersyukur doanya dikabulkan oleh Allah Swt, tak lupa dia menunaikan janjinya dengan memberi shadaqah fakir miskin dan orang-orang shaleh. Dia memberi nama anaknya Khojah Maimun. Dengan telaten dan penuh kesabaran serta kasih sayang, Khojah Mubarok dan isterinya membesarkan dan mendidik anaknya. Sejak kecil Khojah Maimun sudah terlihat kecerdasan dan kebaikan akhlaknya. Bahkan dia dapat berlaku bijaksana. Melihat perkembangan puteranya Khojah Mubarok mengirimkan Madani ke seorang ulama bernama Sabian untuk belajar berbagai ilmu. Setelah beberapa tahun belajar, perkembangannya sangat pesat. Dia sudah fasih melantunkan dan memahami ayat-ayat suci al Qur'an serta menguasai berbagai ilmu agama. Pada usia 15 tahun, Khojah Mubarok menjodohkan anaknya dengan seorang gadis cantik jelita putera seorang pengusaha kaya di negeri yang sama, Ajam. Dia itu bernama Zainab. Setelah beranjak dewasa, ia menjadi pemuda yang gagah dan tampan serta berbudi luhur, maka menikahlah mereka dengan penuh kasih sayang. Alkisah, setelah beberapa lama menikah, Madani berjalan-jalan ke pasar. Di sana, ia bertemu dengan seorang pedagang burung yang membawa burung Bayan. karena tertarik melihat burung itu, Khojah Maimun menawarnya. "Apakah engkau menjual burung bayan ini?" tanya Khojah Maimun "Ya Tuan, saya menjualnya." jawab penjual "Berapa harganya?" Khojah Maimun kembali bertanya. "Seribu dinar Tuan, tidak kurang tidak lebih." jawab penjual. "Mahal sekali!" Madani terkejut, "bagaimana mungkin seekor burung bayan bisa semahal itu?" tanyanya,"Mana mungkin ada yang mau membeli burung ini." Burung Bayan mendengar percakapan mereka. Tiba-tiba ia berkata, "Wahai Maimun, biar pun hamba hanya sekepal tapi Tuan tidak pernah tahu kan apa isi hamba?" Kata burung Bayan. Khojah Maimun kaget bukan kepalang. Tidak menyangka burung Bayan dapat berbicara seperti itu. "Hamba ini bukan burung biasa. Hamba adalah burung yang selalu memuji Allah Swt. Oleh sebab itu hamba banyak mengetahui hal-hal yang akan terjadi. Dengarlah Tuan, tiga hari lagi akan ada kafilah yang datang ke negeri ini. Mereka mencari Sanbal-sanbal. Jika Tuan hendak membeli hamba, belilah seluruh sanbal yang ada di negeri ini, nanti jual kepada mereka dengan keuntungan yang berlipat, Tuan bisa membeli hamba." Terkejut dan takjub dengan kata-kata burung bayan, Khojah Maimun senang bukan kepalang. Ia pun berbicara dengan pedagang burung. "Berikanlah burung itu kepadaku!, tapi pembayarannya nanti setelah aku berhasil menjual sanbal-sanbal. Beri waktu beberapa hari." "Silahkan Tuan ambil burung bayan ini," kata penjual burung. Maka Khojah Maimun pun membawa burung bayan pulang ke rumah. Dibuatlah sangkar yang sangat indah untuk burung kesayangannya itu. Setelah itu Khojah Maimun sibuk membeli sanbal-sanbal di negerinya. Dia simpan sambil menunggu kafilah dari negeri Babal datang membelinya. Ketika para kafilah datang, mereka mencari sanbal dan hanya ada ada di Khojah Maimun. Ketika itu para saudagar memborong semua sanbalnya, Khojah Maimun pun mendapat keuntungan yang sangat besar. Akhirnya dia bisa membayar utang ke penjual burung bayan. Dihari yang lain, Khojah Maimun berjalan-jalan ke pasar yang sama. Dan dia bertemu dengan penjual burung tiung betina. Burung itu hanya seekor. Maka dibelinya pula pikirnya buat teman burung bayan. kedua burung tersebut dipelihara dengan kasih sayang oleh Khojah Maimun. Hampir setiap hari Khojah Maimun berbicara dengan burung bayan dan burung tiung. Mereka sangat pandai mendongeng yang dapat menghilangkan kesepian Khojah Maimun yang sudah sekian lama menikah belum juga mempunyai anak. Karena kepandaian burung bayan, Khojah Maimun memberikan nama Bayan Budiman sedangkan burung tiung diberi nama Tiung Kencana. Dengan kecerdikan Bayan Budiman, makin lama usaha Khojah Maimun makin maju yang membuatnya kaya raya. Suatu hari, Khojah Maimun berbicara dengan dengan kedua burungnya. Mereka menceritakan tentang perdagangan laut. Bagaimana serunya berpetualand dan indahnya negeri-negeri yang lain. Khojah Maimun sangat tertarik. Terpikir olehnya untuk mencoba mengarungi lautan mengunjungi negeri-negeri yang lain. Semakin lama hatinya semakin penasaran. Akhirnya dengan bulat tekad ia hendak pergi melakukan perdagangan laut. segera ia mendatangi isterinya. "Wahai isteriku...tak selamaya orang itu harus menetap disuatu tempat. apalagi dalam perdagangan. Kita harus menjelajah kemana-mana. Mencari peruntungan yang lebih besar lagi. wahai kekasihku, izinkan aku melakukan perdagangan laut. Katanya disana dapat memberi keuntungan yang besar." Kata Khojah Maimun kepada isterinya dengan penuh harap. Mendengar permintaan suaminya, Zainab terdiam sejenak. Dia berpikir betapa nanti akan kesepian ditinggal oleh kekasih tercintanya. Ia berkata "Suamiku, Benar memang perdagangan laut itu sangat menguntungkan. Tapi besar pula bahayanya. Aku khawatir engkau akan mendapatkan masalah yang besar. Tidak perlu lah pergi berlayar. Di sinipun perniagaan kita untung besar. Ingatlah suamiku, harta itu sangat menggoda dan tidak ada puasnya. Kita telah banyak mendapatkan keuntungan besar" Dengan mencoba memahami kehendak suaminya, Zainab berusaha untuk menasehatinya. Namun ketika melihat keteguhan suaminya, luluh juga hatinya. Akhirnya dia berkata, "Jika Kanda hendak pergi berlayar juga, sebaiknya Kanda bawa serta saya. Karena isteri itu bagaikan kaos kaki. bila tidak ada, akan rusaklah kakinya." Bersambung Pada hari ini dongeng yang akan Kakak ceritakan adalah Cerita Anak Indonesia Kisah Si Burung Bayan dan Si Penggetah. Dongeng ini berasal dari Kepulauan Riau. Pada kisah kali ini seorang raja yang tamak dan kejam berhasil diperdayai oleh seekor burung Bayan. Sudah penasaran dengan ceritanya? Kakak mulai yah dongengnya. Cerita Anak Indonesia Kisah Si Burung Bayan dan Si Penggetah Tersebutlah seorang lelaki pada zaman dahulu. Tidak jelas siapa nama dia sesungguhnya, namun dia dikenal dengan nama si Penggetah. Si penggetah ini diambil dari pekerjaan lelaki itu sebagai penangkap burung dengan menggunakan getah. Si Penggetah sangat mahir dalam pekerjaannya. Burung-burung hasil tangkapannya kemudian dijual, dan uang hasil penjualan digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Si penggetah sudah menjalani pekerjaanya bertahun-tahun, namun masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Ratusan burung telah berhasil dia tangkap, namun dia belum berhasil menangkap burung bayan yang terkenal dapat berbicara seperti manusia. Oleh karena itu pada hari yang telah dia tentukan, dia berangkat ke hutan yang terkenal tempat bersarangnya burung bayan. “ Jika nanti aku berhasil menangkap burung Bayan, aku akan mengurungnya dengan sangkar emas. Aku juga akan merawatnya dengan baik.” Janji si Penggetah dalam hati. Sambil menaburkan getah pada batang phon yang diduga tempat persinggahan Burung bayan. Pada saat kesokan harinya si Penggetah memeriksa hasil pekerjaannya kemarin. Dia sangat bergembira setelah mendapati seekor burung Bayan terjebak dalam getah buatannya. Si Penggetah lantas membersihkan bulu-bulu burung Bayan yang masih ditempeli getah. Seraya memasukan baurung bayan hasil tangkapannya, si Penggetah berujar pelan.” Sesungguhnya aku telah berjanji jika berhasil menangkapmu, maka aku akan memasukan kedalam sangkar emas dan memeliharamu dengan baik. Namun saat ini aku sangat sulit melaksanakan janjiku karena kondisiku sangat miskin.” Secara tidak terduga, burung Bayan itu menukas ucapan si Penggetah.” Jika engkau memang menghendaki emas, tampunglah kotoranku. Percayalah, kotoranku itu kelak akan berubah menjadi emas.” Meski awalnya ragu, namun si Penggetah melaksanakan nasihat si burung Bayan. Dia menampung kotoran si burung bayan dan menyimpannya. Kejaiban terjadi, pada saat esok hari nya kotoran si Burung bayan berubah menjadi butiran-butiran emas. Si Penggetah lantas mengumpukan butiran-butiran emas tersebut. Sampai dirasanya cukup, dia menjual butiran-butiran emas itu dan membeli sebuah sangkat emas besar untuk si burung Bayan. Si penggetah tidak melupakan janjinya pada si burung Bayan, dia juga membeli makanan dan buah-buahan yang sangat disukai si burung bayan. Berita mengenai Burung Bayan ajaib yang dimiliki si Penggetah dalam waktu singkat langsung menyebar. Kabar keberadaan burung Bayang yang kotorannya dapat berubah menjadi emaspun sampai ke telinga Raja Helat yang merupakan raja yang berkuasa di wilayah si Penggetah tinggal. Raja Helat sangat rakus dan kejam orangnya. Jika dia menginginkan sesuatu, maka apa yang diingikan tersebut harus menjadi miliknya. Dia tidak akan segan-segan merampas dan menggunakan kekerasan untuk mewujudkan setiap keinginannya. Tidak berapa lama setelah mendengar kabar tersebut, Raja Helat langsung memerintahkan hulubalangnya yaitu Bujang Selamat untuk merampas Burung Bayan ajaib itu dari tangan si Penggetah. “ Minta burung bayan itu agar dapat kumiliki, namun jika pemiliknya menolak, rampas saja dengan kekerasan.” Bujang Selamat lantas berangkat menuju gubug tempat dimana Si Penggetah tinggal. Sesuai perintah raja Helat, Bujang Selamat meminta si Penggetah menyerahkan Burung Bayan miliknya kepada Raja Helat. Sesungguhnya Si Penggerah sangat enggan menyerahkan Burung Bayan tersebut kepada Bujang Selamat, namun untuk menolakpun dia tidak memiliki keberanian. Dia tahu hukuman berat yang sedang menunggunya jika dia menolak keinginan Raja Helat. Dai pun memberikan usul.” Bagaimana jika kamu tanya sendiri saja perihal keinginan Sri Baginda kepada Burung Bayan peliharaanku.” Bujang Selamat setuju dengan usula dari Si Penggetah. “Wahai Burung Bayan.” Kata si Penggetah.” Tentu engkau sudah mendengar pembicaran aku dengan Hulubalang istana ini. Sekarang jawablah, apakah engkau bersedia menjadi peliharaan Raja Helat atau tidak. “ Burung Bayan menatap bujang Selamat lekat-lekat sebelum menjawab.” Bujang Selamat, jika Raja Helat mampu memenuhi syarat-syarat yang kuajukan, aku bersedia dengan suka rela menjadi peliharaan Raja Helat.” “Syarat apa yang engkau kehendaki?” Tanya Bujang Selamat. “Syarat yang kuajukan sangat mudah.” Ucap burung Bayan.” Aku akan bercerita tentang berbagai kisah. Aku ingin Raja Helat dan keluarganya mendengarkan ceritaku sampai selesai. Sebelum ceritaku berakhir, aku tidak boleh berpindah kepemilikan. Sampaikan kepada Raja Helat mengenai permintaanku ini. Jika Raja Helat bersedia, maka aku juga akan bersedia pula menjadi peliharaanya.” si burung bayan sedang bercerita kepada Raja Helat Bujang Selamat segera melaporkan persyaratan yang diajukan Burung Bayan kepada Raja Helat. Mendengar cerita hulubalangnya, Raja Helat tanpa berpikir panjang segera menyetujui persyaratan itu. Raja helat berpendapat syarat yang diajukan Burung Bayan sangat mudah. Burung Bayan pun lantas dibawa ke Istana kerajaan. Dihadapan Raja Helat dan keluarganya burung Bayan mulai bercerita. Sangat menarik ternyata cerita yang disampaikan si Burung Bayan. Raja Helat dan keluarganya yang mendengar seperti disihir untuk terus mendengarkan kisah-kisah yang diceritakan si Burung Bayan. Mereka ingin terus mendengarkan cerita itu sampai selesai. Melihat antusiasme Raja Helat dan keluarganya, Si Burung Bayan kembali mengajukan syarat.” Hendaknya Paduka membayar cerita hamba ini dengan segantang emas murni, makanan dan minuman untuk ku.” “Segantang emas murni?” bola mata Raja Helat membesar, sifat aslinya yang kikir terlihat jelas diwajahnya.” Aku harus membayar ceritamu dengan segantang emas murni, makanan dan juga minuman untukmu?” “Benar.” Jawab Si burung Bayan. “ Sesuai perjanjian kita sebelumnya, jika hamba belum selesai bercerita, maka hamba tidak boleh berpindah pemilik. Untuk cerita hamba ini paduka harus membayar kepada pemilik hamba yaitu si Penggetah.” Raja Helat terpaksa memenuhi permintaan si burung Bayan. Segantang emas memang jumlahnya sangat banyak bagi rakyat, namun bagi Raja Helat jumlah itu sedikit jika dibandingkan dengan hartanya yang disimpan di gudang istana. Gudang kerajaan sangat banyak menyimpan emas, makanan dan minuman. Itu didapatkan dari pajak kepada rakyat yang sangat tinggi. Semua harta dan makanan itu ditimbun hanya untuk kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Sama sekali tidak terpikir olehnya mengenai kesejahteraan Rakyat yang dipimpinnya. Karena dia berpikir bahwa hartanya tidak akan habis untuk membayar seluruh cerita si burung Bayan, Raja Helatpun memberikan permintaan si Burung Bayan kepada Si penggetah. Si Penggetah yang merasa harta yang diberikan kepadanya bukalah haknya, melainkan hak seluruh rakyat miskin yang selama ini mebayar pajak tinggi untuk kerajaan. Oleh karena itu si Penggetah justru membagikan kembali harta dan makanan yang diterimanya kepada rakyat yang ada dikerajaan tersebut. ] Diluar dugaan Raja Helat, Si Burung Bayan benar-benar cerdik. Ceritanya tidak hanya menarik, namun juga panjang dan terus bersambung. Raja Helat dan keluarganya seperti terkena candu untuk terus mendengarkan cerita dari si Burung Bayan. Setiap kali menyelesaikan satu bagian dari cerita panjuangnya, si Burung Bayan meminta bayaran segantang emas murni, makanan dan minuman. Raja Helat terus memenuhi permintaan tersebut. Karena cerita itu terus berkembang, hingga berbulan-bulan kemudian cerita itu belum juga selesai. Telah berpuluh-puluh gantang emas diberikan Raja Helat kepada si Penggetah, disamping berkarung karung makanan, buah-buahan dan minuman. Raja Helat tidak menyadari bahwa gudang penyimpanan hartanya semekin lama semakin kosong. Sampai akhirnya tibalah saat dimana seluruh harta Raja Helat yang disimpan digudangnya habis. Raja Helat yang kikir saat ini tidak memiliki harta. Rakyat yang selama ini dibantu oelh si Penggetah jadi tahu perilaku buruk Raja mereka yang suka menimbun harta untuk dirinya sendiri. Mereka melihat Raja Helat tidak pernah memikirkan kesejahteraan mereka. Rakyat yang marah akhirnya bersatu padu dengan perajurit dan hulubalang kerajaan untuk menggulingkan kekuasaan Raja Helat dan keluarganya. Rakyat, hulubalang dan para perajurit sepakat untuk mengangkat si Penggetah menjadi raja mereka menggantikan Raja Helat yang kikir dan kejam. Bertahtalah si penggetah selaku Raja. Dia mengangkat Si Burung Bayan menjadi penasehat kerajaan. Karena saran dan nasihat si Burung Bayan yang cerdas dan bijak, si Penggetah dapat menjalankan kerajaan itu dengan baik. Kesejahteraan Rakyat senantiasa menjadi prioritas utama, dia tidak pernah menumpuk kekayaan seperti yang dilakukan oleh Raja Helat. Segenap Rakyat kerajaan dapat hidup dengan tenang, damai dan sejahtera dalam pemerintahan si penggetah. Sementara si Penggetah pun hidup berbahagia bersama si burung Bayan yang tetap ditunjuknya selaku penasihat kerajaan. Pesan Moral dari Cerita Anak Indonesia Kisah Si Burung Bayan dan Si Penggetah adalah kekejaman dan keserakahan penguasa akan ditumbangkan oleh kekuatan rakyat yang dipimpin oleh penguasa. Hanya penguasa yang senantiasa memikirkan dan mengusahakan kesejahteraan rakyatnya saja yang akan dicintai oleh rakyatnya. Pesan moral lainnya adalah jangalan berlaku kikir dan kejam, karena kebahagiaan sejati akan didapatkan dari kedermawanan dan kasih sayang. 100% found this document useful 1 vote2K views49 pagesOriginal TitleNick Carter - Bayangan Maut Di © All Rights ReservedAvailable FormatsPDF or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote2K views49 pagesNick Carter - Bayangan Maut Di Berlin - DjvuOriginal TitleNick Carter - Bayangan Maut Di You're Reading a Free Preview Pages 8 to 13 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 17 to 20 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 24 to 45 are not shown in this preview.

cerita bayangan maut di berlin